Slider

Mahasiswa PMI dan KPI Harus Belajar Berinovasi Tiada Henti




Berita Ipmafa - Menjadi mahasiswa di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) atau Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Pati memang unik, mereka tidak hanya dituntut mampu meningkatkan potensi dirinya, namun lebih jauh dari itu, menjadi pengembang masyarakat yang mampu berinovasi tiada henti.

Demikian disampaikan Dr. Aziz Muslim, M. Pd dalam Kuliah Umum Fakultas Dakwah Ipmafa bertajuk Tantangan Pengembangan Masyarakat dii Era Disrupsi Teknologi di Auditorium 1 beberapa waktu yang lalu.

Aziz mengungkapkan, inovasi mutlak dilakukan mengingat perputaran sebuah usaha tidak boleh berhenti hanya karena hambatan-hambatan yang seharusnya bisa dilalui. Aziz menambahkan, inovasi juga tidak bisa dilakukan secara parsial, namun berkait kelindan tahap demi tahapnya.

“Waktu itu saya sudah melakukan inovasi dalam meningkatkan kualitas produksi dan kemasan produk, tapi ketika dijual tidak laku. Lantas saya tanya sama yang jual, kamu gimana jualnya? Jawabnya “hanya saya tunggui di pasar pak”. Jelas sudah, bahwa tugas selanjutnya adalah melakukan inovasi pemasaran dan tidak boleh berhenti pada tahap pengemasan saja,” papar Aziz.

Salah satu inovasi pemasaran kekinian, menurut Aziz sudah tidak perlu lagi disodor-sodorkan kepada calon pembeli, namun cukup dengan memanfaatkan teknologi, maka produk yang dijual bisa laku di pasaran, bahkan mampu bersaing dengan toko atau market ternama.


Berani tekor
Menjadi seorang pengembang masyarakat, selain membutuhkan inovasi dan kejelian, juga harus berani tekor. Tak jarang Aziz merogoh koceknya demi memberdayakan masyarakat binaannya.


“Setelah kelompok binaan selesai melakukan produksi dan pengemasan, maka saya siap membeli produk mereka dan saya jualkan. Dengan begitu kita akan tahu inovasi apa yang harus ditempuh dalam hal produksi, pengemasan dan pemasaran,” katanya.

Aziz juga membagikan sebuah cerita tentang pengalamannya melakukan kegiatan sederhana bersama masyarakat Yogyakarta yaitu mendampingi pembuatan kripik daun ketela.

Sangat sederhana, sayadatang melihat di sana ada potensi bahwa setiap datang ke rumah warga selalu disuguhi kripik tersebut, lalu saya mendampingi, sampai kemudian memberikan saran untuk pengemasan,”tuturnya.

Setelah inovasi mulai produksi hingga pengemasan sudah selesai, maka langkah selanjutnya adalah berinovasi dalam hal pemasaran agar produk benar-benar diterima masyarakat.

“Ketika saya melakukan inovasi sedikit saja dari yang asalnya menjual dengan menunggu pembeli datang menjadi menawarkan atau menyodorkan dagangan kepada pembeli, maka apa yang terjadi? Laris Mas. Itu dulu. Kalau sekarang cukup dengan teknologi,” terang Aziz menceritakan pengalamannya memberikan contoh kepada binaannya.

Lebih lanjut Aziz kembali membeberkan inovasi pemasaran produk agar dapat masuk ke minimarket minimal bermodalkan ijin PIRT. “Maka saya datangi dinas terkait untuk mendapatkan legalitas PIRT. Dengan begitu produk kita dapat diterima,” imbuhnya.

Dalam hal pemasaran Aziz menyarankan kepada kelompok-kelompok binaannya agar melakukan pemasaran produk secara terorganisir untuk menghindari terjadinya praktik banting harga yang dapat menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat.

Selain inovasi dalam hal produksi, pengemasan dan pemasaran, Aziz juga menyarankan kepada kelompok binaannya agar sebuah produk memiliki nilai lebih dari produk-produk serupa yang sudah beredar di pasaran.

“Katakanlah sama-sama kripik daun ketela, maka harus ada keistimewaannya, entah dari rasa, ukuran, tekstur dan sebagainya,” katanya.


Tak tergantikan teknologi
Sebagai penutup, Aziz memberikan semangat kepada para mahasiswa bahwa Jurusan PMI dan KPI adalah jurusan yang sangat mulia mengingat tugasnya membangun karakter masyarakat. Selain itu jurusan tersebut juga tidak akan mungkin tergerus oleh teknologi. Namun lagi-lagi semua kembali kepada mahasiswanya apakah ia mampu berinovasi atau hanya berhenti di depan hambatan yang melintang.

“Jurusan PMI dan KPI adalah jurusan yang tak akan mungkin tergerus oleh teknologi. Karena jurusan Anda adalah jurusan yang membangun soft skill masyarakat, yang mana softkill sampai detik ini tidak bisa tergantikan oleh mesin. Tapi semua jika tidak mempunyai inovasi di hari ini, maka sama saja akan tetap tertinggal. Karena bagi seorang pengembang masyarakat agar dapat mengembangakan softskill masyarakat Anda harus punya inovasi,” pungkas Aziz.
0

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Health

both, mystorymag

DON'T MISS

Nature, Health, Fitness
© all rights reserved
made with by templateszoo