Mahasiswa Integrasi Asah Skill Komunikasi Dengan Public Speaking


Purworejo, 8/4/19, Mahasiswa Integrasi TA 2018/2019 mengikutiPelatihan Public Speaking ke-2 yang diselenggarakan para mentor atau Musyrif-Musyrifah Mahad. Meskipun terjadi delay selama kurang lebih 1 jam dari jam 1 menjadi jam 2 siang, pelatihan kelajutan dari Public Speaking yang sebelumnya telah diadakan tetap berjalan dengan lancar.

Dalam pelatihan yang dipandu Ahmad Nashiruddin SPdI tidak banyak membahas mengenai teori dan definisi dari public speaking, teknik menjadi speaker yang baik, dll melainkan lebih fokus pada diskusi dan praktek yang dibuat dalam beberapa kelompok seperti FGD (Foccus Group Discussion).

Peserta pelatihan dituntut untuk lebih aktif dan menjadikan pelatihan ini sebagai wadah mengekpresikan diri menjadi speaker yang baik, berani dan mampu mengungkapkan ide-ide gagasannya ataupun menyampaikan informasi di depan khalayak umum. “Public Speaking penting sekali tapi mungkin temen-temen belum merasakan, tapi kalau sudah turun di masyarakat kalian harus siap dan berani, harus mau, dan apalagi membawa nama baik kampus. Akan ada banyak manfaat yang dapat diambil dari public speaking, maka latihlah, mulai dari forum-forum terkecil sampai forum-forum terbesar. Insyaallah, sukses.” pesan Nasir dalam paparannya.





Mewujudkan Literasi Mahasiswa Produktif Melalui Tulisan


“Penulis yang hebat pandai mengambil angle”, demikian yang diungkapkan Beni Dewa, seorang jurnalis media Suara Merdeka dalam Workshop Jurnalistik di IPMAFA (30/03/2019). Workshop dilaksanakan oleh kolaborasi tiga organisasi kemahasiswaan meliputi Library Corner, LPM Analisa, serta Kamadiksi IPMAFA.
Kegiatan yang bertajuk “Mewujudkan Literasi Mahasiswa Produktif Melalui Penulisan” ini menghadirkan tiga narasumber yang memiliki latar belakang jrunialistik dan penulisan yaitu Beni Dewa, Moh Efendi dan seorang penulis buku sekaligus seniman, Arif Khilwa.
Efendi selaku pemateri pertama membahas tentang etika dan managemen jurnalistik. Dalam pengantarnya menyebutkan  bahwa dalam dunia tulis-menulis atau jurnalistik sebenarnya sama dengan kehidupan nyata. Kode etik perlu diterapkan. Hal itu menyikapi fenomena bermedsos saat ini yang cenderung ngawur dan terlalu bebas. “Boleh sharing-sharing asal tetap saring, boleh komentar tapi harus bernalar.” tambah Sauqi sang moderator acara.
Sesi berikutnya, Beni Dewa, peserta diajak memahami bagaimana menciptakan produk- produk jurnalistik yang baik dan menarik, praktek wawancara, serta menulis berita dengan unsur-unsur yang telah disampaikan. Penyampaian yang asik dari para narasumber menambah antusias peserta dalam mengikuti kegiatan sampai akhir.
Di sesi terakhir, pembahasan tentang “Menulis Kreatif” oleh Arif Khilwa, membuka kesadaran mahasiswa tentang pentingnya penulis. Khilwa mengawali dengan berbagi motivasi apa yang menjadikannya suka menulis hingga saat ini. Dua tokoh yang menginspirasinya adalah salah satunya Kyai Sahal. “Seorang yang punya tulisan, mereka akan selalu hidup dengan penulisannya. Layaknya Kyai Sahal, yang selalu dikenang akan fiqh sosialnya.”
Terkait pentingnya menulis, mengungkapkan bahwa setiap tulisan membawa rizqi masing-masing. Menulis tapi tidak mengetahui apa yang harus ditulis adalah sebuah penyakit. Sebagai seorang milenial, dapat kita awali dengan menulis status. “Jangan remehkan status, tapi jadikanlah sebagai sarana untul latihan menulis dengan meningkatkan kualitas status kita.” pesannya.
Ketahanan Proses diuji dalam hal ini. Menulis harus dibarengi kebiasaan membaca, apabila tidak, seseorang akan kehabisan kata-kata. “Tidak hanya membaca buku, tetapi juga membaca keadaan. “ tambahnya. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong para peserta untuk aktif menggalakkan dunia jurnialistik dan literasi media, sekaligus membuka kesadaran mahasiswa tentang pentingnya menulis. Kegiatan ini dinilai positif karena akan tercipta output-output yang handal dalam bidang jurnalistik.



DON'T MISS

Nature, Health, Fitness
© all rights reserved
made with by templateszoo