HADIRILAH! Diskusi Mahasiswa-Pusat Studi Fatwa Ipmafa


HADIRILAH...!!

Diskusi Mahasiswa-Pusat Studi Fatwa Ipmafa :

TEMA: DSN & Kontribusinya pada penguatan Ekonomi Syariah Indonesia.

Rabu, 04 Maret 2020
Lantai 3, Outdoor
13.00 WIB - selesai

Narsum: Khabib Sholihin, M.M
Moderator: Kunarti, S.Sos.I

Kalau Semua Serba Digital, Lantas Apa Artinya Kuliah Perbankan Syariah?



Berita Ipmafa – Jika semuanya, termasuk dunia perbankan sudah serba digital, lantas apa artinya mahasiswa menuntut ilmu perbankan syariah? Kalau semuanya sudah digital, masihkan mahasiswa dibutuhkan dunia perbankan ke depannya?

Demikian petikan sambutan Kepala Program Studi Perbankan Syariah Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Prodi PS Ipmafa) Pati Puji Lestari, M.Si dalam Kuliah Pakar bertajuk Mencetak SDI Perbankan Syariah yang Handal dan Berkualitas di Era Perkembangan Industri 4.0 di Aula 2, Senin, 24 Februari 2020 lalu.

“Kita dihadapkan dengan era serba digital. Beli makan bisa digital, beli jilbab, digital. Nah, bagaimana jika di dunia perbankan semuanya serba digital, lantas apa artinya kita menuntut ilmu perbankan syariah? Kalau semuanya sudah digital, maka sebenarnya kita ini dibutuhkan apa ndak di dunia perbankan?” tutur Puji.


Menjawab hal tersebut, sebagaimana dilansir ps.ipmafa.ac.id, Branch Manager BRI Syariah Hadi Suseno, M.Sos, M.M menegaskan kepada mahasiswa bahwa untuk menjadi SDI di era perkembangan industri 4.0 ini, para mahasiswa harus memiliki pengetahuan perbankan Syariah yang mumpuni sekaligus berbekal skill yang terkait dengan kemampuan pemanfaatkan teknologi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berbahasa asing, serta kemampuan menjalin relasi untuk pengembangan jaringan.

Hadi Suseno menambahkan, salah satu strategi menghadapi revolusi 4.0 di antaranya melakukan pelayanan Internasional sehingga memerlukan SDI yang cakap dalam melayani, berkomunikasi dan berbahasa asing. Selain itu pelayanan perbankan saat ini juga dikembangkan dalam satu layanan yang berbasis teknologi atau biasa disebut dengan digital banking.

“Maka SDI perbankan Syariah harus mampu mengisi ruang tersebut dengan kemahiran penguasaan teknologi sebagai modal utama,” terang Hadi.

Senada dengan narasumber, Dekan Fakultas Syariah Ipmafa Umdatul Baroroh, MA menegaskan bahwa visi kepesnatrenan Ipmafa tidak sekedar simbol peci dan jilbab, tapi nilai yang akan menjadi ruh baik dalam keademikan maupun akhlak.


Nilai menjadi ruh di dunia akademik dimaksudkan seorang praktisi PS tidak hanya mengerti soal-soal PS sebagai keilmuan yang harus dikuasai saja, tetapi juga memiliki penguasaan yang baik terhadap visi kesyari’ahan.


Karena sebagian besar dari para praktisi PS mungkin tidak banyak yang paham tentang apa sebenarnya PS dibalik kata Syari’ah. Sehingga nantinya publik tidak akan menilai bahwa PS ini tidak sekedar pengalihan bahasa semata,” tegas Umdah.

Umdah mencontohkan, sebagai calon praktisi mahasiswa harus membekali diri dengan keilmuan dan kemampuan mengatasi permasalahan dalam perbankan syariah. Sehingga tidak sekedar punya keilmuan yang secara akdemik dan teoritik, tapi dalam dunia praktik Anda punya etos kerja tinggi dan mampu mengatasi permasalahan secara solutif.

Karena mungkin sebagian dari mahasiswa belum melihat secara langsung apa permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam dunia perbankan. Jangan sampai ketika terjuan Anda terkaget-kaget,” pungkas Umdah.


Tingkatkan Skill Komunikasi, Mahasiswi KPI IPMAFA Ikuti Program Women Will Google


Berita Ipmafa - Perwakilan mahasiswi KPI IPMAFA mengikuti Program Women Will (initiative by Google) yang diselenggarakan di Hotel Citradream, Semarang, Sabtu, (15/2/2020). Women Will adalah inisiatif Google untuk menciptakan peluang ekonomi bagi wanita di seluruh dunia.

Acara tersebut dihadiri sekitar 30 orang dengan pemateri Ibu Dian Nafi. Materi yang dibawakan adalah "Kemampuan Berkomunikasi dan Skill dalam Mengembangkan Bisnis".

"Kalau mampu berkomunikasi tidak akan banyak drama", kata Dian Nafi. Peran komunikasi dalam berbisnis sangat dibutuhkan baik dalam internal maupun eksternal dan berpengaruh pada  kemajuan bisnis kita. Inilah pentingnya komunikasi di manapun dan kapanpun.

Ibu Dian Nafi juga berpesan bahwa sebagai entrepreneur Jangan terburu-buru mengejar keuntungan dengan mengabaikan kepuasan pelanggan. Itu adalah salah satu kunci dalam membangun reputasi untuk mencapai kesuksesan berbisnis,” paparnya.

Selain itu "Branding" juga menjadi senjata yang dibutuhkan dalam berbisnis. “Untungnya, kami sebagai mahasiswa KPI pernah belajar mengenai branding pada mata kuliah Desain Komunikasi Visual,” tutur Anis, salah satu dari 5 mahasiswa KPI yang menjadi peserta.

Dalam kelas Women Will tersebut kita tidak hanya monoton mendengarkan pemateri namun dilakukan diskusi, sharing, kuis, tanya jawab dan ada sesi di mana peserta memperkenalkan brand masing-masing. Diskusi yang terjadi mengalir begitu saja sehingga para peserta dalam forum merasa enjoy.

Menurut Anis, sebagai mahasiswa harus memiliki jiwa enterpreneur dari sekarang dan harus memikirkan usaha apa yang akan dibangun kelak. Ia menambahkan bahwa usaha bisa dimulai dengan hal yang sederhana.

“Misalnya, sebagai mahasiswa dan mahasiswi KPI kita bisa menjual jasa melalui design grafis maupun editor. Banyak peluang yang bisa kita peroleh dari prodi KPI ini, karena prodi KPI adalah prodi yang tidak akan tergerus oleh jaman” pungkas Anis.



Berita Ipmafa - Sebagai Program studi yang berkonsentrasi pada pengembangan masyarakat, kecintaan dan pelestarian alam adalah kunci utama.

Dalam perkembangan pembangunan beberapa tahun terakhir, hal ini menjadi masalah yang cukup serius untuk diperhatikan. Berbagai program pembangunan dilakukan secara praktis, dan matrealis. Hal ini menyebabkan kemerosotan dalam keseimbangan Bumi.

Menyikapi hal tersebut, melalui berbagai kerjasama dengan beberapa pihak, Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Institut Pesantren Mathali'ul Falah (Ipmafa) Pati terus bergerak melakukan kerja-kerja nyata untuk melakukan pelestarian alam.


Setidaknya dalam dua bulan terakhir, telah terlaksana tiga agenda. Pertama, penanaman mangruve di Pesisir pantai Desa Dororejo Kec. Tayu bersama kelompok petani tambak dan nelayan masyarakat setempat. Kedua, acara tanam pohon di Kec. Sukolilo bekerjasama dengan Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia. Sedangkan yang ketiga, penanaman Mangruve bersama komunitas pecinta lingkungan yang diinisiasi oleh Koramil 6 Margoyoso.

Kerja-kerja nyata untuk lingkungan dibarengi dengan kedalaman kajian terkait pengelolaan alam dengan berbagai mata kuliah. Salah satunya adalah Analisis Masalah Dampak Lingkungan (AMDAL).


Dalam Mata kuliah tersebut mahasiswa diajak untuk memahami pentingnya mempertimbangkan lingkungan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Tidak hanya berkaitan dengan teori, mata kuliah ini juga mendiskusikan terkait regulasi yang mengatur serta pelaksanaannya di lapangan. (Nur Khoiriyah-Dosen Fak. Dakwah Ipmafa/Redaksi)







Pesan Warek 3 Ipmafa dalam Kongres Mahasiswa I 2020: Proses Lebih Penting



Berita Ipmafa – Proses dan hasil dalam menjalankan roda organisasi merupakan dua hal yang sangat penting. Namun saya kira sebagai lembaga kader, proses itu lebih penting.

Demikian paparan Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaa Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Wakhrodi, MSI saat menyampaikan sambutannya dalam Kongres Mahasiswa I 2020 bertajuk “Mengembangkan Sinergitas Peran Lembaga Kemahasiswaan IPMAFA yang Berlandaskan Nilai Dasar Sholih Akrom” yang digelar Senat Mahasiswa di Aula 2 hari ini, 15 Februari 2020.

Dalam hal ini Warek 3 mengajak para peserta kongres menengok kembali teladan yang telah diberikan Kiai Sahal kepada para santrinya. Wakhrodi menceritakan bahwa Kiai Sahal adalah sosok yang tidak segan memberikan kepercayaannya kepada para santri dalam mengelola pesantren.

Menurut Wakhrodi, Kiai Sahal membiarkan pesantrennya bobrok di mata orang karena lebih mengedepankankepercayaan kepada santrinya. Melihat adanya kebobrokan tersebut suatu ketika muncul satu kesimpulan dari salah satu pembantu pengasuh bahwa pesantren memang tak seharusnya diserahkan pengelolaannya kepada para santri sepenuhnya.

Lantas apa jawaban Kiai Sahal? “Proses itu penting!”. Kita harus memberikan pengalaman kepada murid. Karena tidak ada pengajaran yang lebih baik daripada pengalaman itu sendiri. Dalam konteks itu menurut Wakhrodi, Kiai Sahal memberikan pengalaman mengelola lembaga pesantren sepenuhnya kepada santri, dan dalam hal ini adalah pengelola lembaga kemahasiswaan.

Itulah yang Wakhrodi sebut sebagai proses itu penting. Andaikata Kiai Sahal itu berorientasi pada hasil, maka beliau akan mengganti pengurus dengan orang-orang profesional bayaran. “Sepanjang prosesnya itu sudah bener, Yai Sahal oke saja,” tuturnya.

Etos kerja dan awal yang baik
Dalam sambutannya, secara spesifik Wakhrodi juga menyoal etos kerja pelaku Lembaga Keorganisasian (LK) mahasiswa yang harus memiliki etos kerja lebih baik dari mahasiswa pada umumnya.

“Sebagai agen perubahan kalian harus memiliki etis kerja yang lebih baik. Gak akan mungkun kalian mampu melakukan atau mewarnai perubahan jika etos kerjanya sama atau di bawah yang memilih kalian,” pesan Wakhrodi.

Selain etos kerja, Wakhrodi juga menyampaikan bahwa pelaku LK adalah penjaga moral baik di lingkungan Ipmafa maupun di rumah. “Dengan apa menjaganya? Yaitu dengan Nilai Dasar Shalih Akram (NDSA) yang sudah diberikan kepada kalian semua,” imbuhnya.

Sebagai penutup sambutan, Wakhorodi menyampaikan sebuah kutipan dari Kitab Tajul ‘Arus karangan Ibnu Athoillah As-Sakandari Asy-Syadzili, من أراد النهايات فعليه بتصحيح البدايات yang artinya siapa saja menginginkan hasil akhir yang baik, maka dia harus memulai dari awal yang baik.

Kajian Bulanan Puswa Ipmafa: Tiga Karakeristik Perilaku Ekonomi Sesuai Tingkat Keimanan



Berita Ipmafa – Pada tingkatan praktis terdapat tiga karakteristik masyarakat dalam berperilaku ekonomi (economic behavior) yang dipengaruhi oleh tingkat keimanan seseorang, yakni cukup baik, kurang baik, dan buruk.

Demikian disampaikan Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa), Maslihan Mohammad Ali,MSI dalam Kaijan Rutin Bulanan Pusat Studi Fatwa (Puswa) pada Senin, 10 Februari 2020.

Maslihan menjelaskan karakteristik perilaku ekonomi pada tingkatan keimanan yang cukup baik, maka motif berkonsumsi atau berproduksi seseorang akan didominasi oleh tiga motif utama yaitu maslahah, kebutuhan, dan kewajiban.

Artinya ketika sudah disepakati 15 juta di awal, maka orang itu akan tetap membayar 15 juta meski terjadipenurunan harga 14 juta di pasaran. Mungkin dia akan mengatakan kepada dirinya sendiri, daripada aku dicacat (dicap buruk) selawase (selamanya), mending 1 juta saya bayarkan,” terang Maslihan.


Bagi orang yang beriman menurut Maslihan cenderung beranggapan bahwa rezeki merupakan Hak Allah dalam menetapkannya. Jika terjadi kerugian maka akan dikembalikan kepada diri sendiri (introspeksi).

“Ia mungkin akan mengatakan rejeki ora saiki tok, sesok yo ono rejeki (rezeki tidak hanya hari ini, besok pun juga ada rezeki). Kalau kerugian itu dari ketidaktepatan dalam menaksir maka ia harus belajar lagi dan menghitung lagi,” terangnya.

Karakteristik perilaku ekonomi pada tingkatan keimanan kedua yakni kurang baik. Pada tataran ini motif seseorang tidak hanya didominasi hanya oleh tiga hal di atas, namun juga ego, rasionalisme (matreallisme) dan keinginan-keinginan yang bersifat individualistis. “Lha iyo, aku wes rugi kok dikon mbayar (saya sudah rugi kok disuruh bayar),” paparnya.

Karakteristik perilaku ekonomi pada tingkatan keimanan kedua yakni yang buruk. Pada tataran ini motif berekonomi seseorang tentu saja akan didominasi oleh nilai-nilai individualistis (selfishess), ego keinginan dan rasionalisme.

“Yang buruk dia malah tidak membayar sama sekali. Namun konsekuensi semua perilaku akan kembali kepada pelakunya,” pungkasnya.

Bedah Buku Pusat Fisi Ipmafa Bareng Santri Banat Mathole’: Sesibuk Apapun Kiai Sahal Tetap Muthola’ah dan Menulis



Berita Ipmafa – Meski Kiai Sahal dikenal sebagai sosok alim dalam berbagai disiplin ilmu, dan sangat sibuk meladeni ummat dan para santrinya, namun di tengah kesibukannya itu tak menyurutkan semangat beliau untuk tetap bermuthola’aah dan menulis. Hal itu hingga kini menjadi ciri khas Kiai Sahal yang harus diteladani oleh para santri.


Demikian paparan Direktur Pusat Studi Pesantren dan Fiqh Sosial (PUSAT FISI) Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Tutik Nurul Jannah, MH dalam kegiatan Bedah Buku bertajuk “Mbah Sahal dan Perjalanan Intelektualnya” pada Jum'at 7 Februari 2020 di Auditorium Gedung Banat Perguruan Islam Mathali'ul ’alah (PIM).

“Beliau Kiai Sahal adalah profil Kiai yang sangat mencintai dan membiasakan muthala'ah, khususnya sebelum mengajar atau menyampaikan pemikiran Beliau kepada khalayak publik,” tutur menantu Kiai Sahal yang akrab disapa Ning Tutik di hadapan 250 santri banat PIM.

Lebih lanjut Ning Tutik memaparkan kebiasaan Kiai Sahal dalam menulis diantaranya karena faktor kuatnya membaca dan kegelisahan beliau dalam menjawab problematika ummat.

Menulis pemikirannya, menuliskan sikapnya terhadap suatu masalah tertentu, hingga manfaat dan maslahatnya dapat dirasakan dalam sekup lebih luas bahkan dapat dipelajari hingga generasi setelah Beliau wafat,” papar Ning Tutik.



Selain teladan membaca dan menulis, Ning Tutik juga memaparkan lebih jauh tentang manaqib atau sketsa perjalanan inteletual dan pergerakan progresif Kiai Sahal. “Hal ini juga yang menjadi tanggungjawab mereka (santri) untuk meneladani dan mengembangkan sikap dan nilai luhur yang diajarkan (Kiai Sahal),” tuturnya.


Kegiatan yang digelar Perpustakaan Mathali'ul Falah bekerjasama dengan PUSAT FISI Ipmafa tersebut disambut antusias oleh para siswi PIM dari tingkat tsanawiyah, wustho, dan aliyah.
Ning Tutik menyampaikan bahwa kegiatan tersebut tidak berhenti saat itu saja, namun akan ada sesi berkelanjutan dalam rangka meneladani sikap Kiai Sahal serta pengembangan pemikiran fiqh sosial beliau. (Redaksi)

Pusat Studi Fatwa IPMAFA Akan Gelar Kajian Bulanan Perdana


Berita Ipmafa - Pusat Studi Fatwa Institut Pesantren Mathali'ul Falah (Ipmafa) Pati akan menggelar Kegiatan Kajian Bulanan Perdana di periode 2020/2021 dengan tema Al-Qur'an dan Terapannya dalam Ekonomi Syari'ah. Narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Maslihan, MSI.

Kajian Bulanan tersebut akan digelar besok Senin, 10 Februari 2020 di Ruang Meeting Lantai 3 Ipmafa pada pukul 13.00 WIB hingga selesai. Sedangkan peserta dari kegiatan tersebut adalah seluruh dosen Ipmafa.

DON'T MISS

Nature, Health, Fitness
© all rights reserved
made with by templateszoo