Quote Tokoh ZISWAF


Prodi PMI Tampung Aspirasi Mahasiswa




Pati, (21/02/2017) Program Studi (PRODI) Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Institut Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA) mengadakan acara pertemuan dengan mahasiswa PMI guna menampung aspirasi dan masukan mahasiswa untuk ikut berkontribusi menyumbangkan gagasannya demi kemajuan prodi dan perbaikan kurikulum PMI. Acara yang diadakan di ruang meeting IPMAFA ini dihadiri Ketua Prodi (Kaprodi) PMI Bapak Faiz Aminuddin MA dan puluhan mahasiswa PMI Semester IV.
Bapak Faiz di awal acara memberikan penjelasan bahwa dalam rangka pembentukan kurikulum PMI pihak prodi juga membuka ruang dengan mahasiswa guna menampung masukan dan aspirasi dari mahasiswa “Pada pertemuan ini kami harap dapat mendapat masukan dan aspirasi dari mahasiswa PMI semester IV yang nantinya pertemuan seperti ini akan kami adakan pada mahasiswa PMI semester yang lain guna perbaikan kurikulum PMI” ungkapnya.
Muh. Abdul Karim memberi masukan agar Mahasiswa di semseter  awal lebih ditekankan teori-teori yang menjadi fondasi PMI dan MISI dari Prodi PMI “Maba (Mahasiswa baru) lebih ditekankan tentang pemahaman terhadap teori-teori yang menjadi fondasi PMI dan MISI dari Prodi PMI itu sendiri”. Karim Juga menambahkan mengenai wacana kurikulum model 60:40 yaitu 60 Teori dan 40 Praktek, dia setuju apabila itu diterapkan tidak di semua mata kuliah tetapi hanya mata kuliah pilihan “ Penerapan 60:40 saya setuju jika diterapkan pada mata kuliah pilihan yang menjurus di PMI” tambahnya. (Rofiq)

Sabtu Barokah Bersama PMI IPMAFA






PATI, 11/02/2016. Prodi PMI IPMAFA mengadakan pertemuan antara Kaprodi PMI dan Pengurus HMPS PMI. Hadir pada pertemuan tersebut Dosen PMI IPMAFA Nur Khoiriyah S.Sos.I, M.Si, Kaprodi PMI Faiz Aminuddin, MA, Ketua HMPS PMI Muhammad Ja’far Amir, serta beberapa pengurus HMPS PMI. Adapun pertemuan ini membahas persiapan seminar “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren”, dan persiapan Road Show bedah buku karya mahasiswa PMI 40 pesantren di Kecamatan Margoyoso dan Sekitarnya. (Rofiq)

Sidang Skripsi (Munaqosah) PMI IPMAFA Berjalan Lancar dan Sukses


Selamat kepada kakak-kakak PMI IPMAFA yang pada hari kamis (09/02/2017) telah sukses melewati sidang munaqosah yang dipimpin oleh (Ketua sidang) Faiz Aminuddin, MA, penguji 1 Dr. Aziz Muslim, M.Pd (Dosen PMI UIN SUKA Yogyakarta) dan penguji 2 Dr. A. Zaenurrosyid, MA (Dosen IPMAFA. Alhamdulillah lulus semua

PMI IPMAFA adakan Pra-Workshop Kurikulum







Pati
, Jumat (10/02/2017) Program Studi Pengembangan Masyarakat IslamIPMAFA mengadakan acara pra-workshop di ruang meeting kampus IPMAFA Pati. Acara ini di narasumberi oleh Dr. H. Aziz Muslim, M.Pddari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga - Yogjakarta.
 Kurikulum program studi merupakan titik sentral yang menentukan kualitas lulusan. Hal ini karena kurikulum yang diterapkan akan mempengaruhi proses transfer ilmu pengetahuan selama perkuliahan. Oleh karena itu, kurikulum program studi penting untuk dipersiapkan secara matang karena menjadi petunjuk atau kompas untuk melahirkan lulusan yang sesuai kebutuhan pasar. Artinya kurikulum yang disiapkan adalah kurikulum yang melihat perkembangan dan kebutuhan saat ini sekaligus melihat perkembangan serta kebutuhan ke depan.
Pada acara tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor 1 Ahmad Dimyati, M.Ag , Dekan Fakultas Dakwah Sri Naharin, MSI, Kaprodi PMI Faiz Aminuddin, MA, Sekprodi PMI Maslihan, Lc, MSI, beberapa dosen tetap PMI, Ketua HMPS PMI Muhammad Ja’far Amir, perwakilan alumni PMI, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aliansi Remaja Independen (ARI), LSM SHEEP , Serta Serikat Petani Indonesia (SPI).
Tujuan dari acara Pra Workshop ini adalah Merumuskan bimbingan teknis langkah penyusunan kurikulum, Melakukan evaluasi terhadap kurikulum PMI IPMAFA, Merumuskan kurikulum inti dan pilihan di Prodi PMI IPMAFA, dan Merumuskan pedoman implementasi kurikulum.
Menurut Bapak Faiz.“Untuk membangun sebuah kurikulum yang baik dan progresif, salah satu hal yang harus diperhatikan yaitu mencari distingsi atau kurikulum khas yang memperhatikan karakter lembaga, unsur lokalitas, dan menjawab tantangan regional, nasional, serta internasional. Dengan langkah ini, harapannya akan menjadikan kurikulum Prodi PMI IPMAFA berbeda dengan Prodi PMI yang lain. Terlebih, kurikulum Prodi PMI IPMAFA saat ini sudah berlangsung selama empat tahun lebih sejak tahun 2012 dan belum pernah dikaji ulang, sehingga sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi kurikulum guna meningkatkan mutu pembelajaran dan juga outputnya. Untuk mewujudkan langkah tersebut, maka Pra-Workshop Restrukturisasi Kurikulum PMI IPMAFA Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kompetensi Lulusan perlu diselenggarakan.” Ungkapnya
Bapak Aziz Muslim selaku narasumber memaparkan bahwa pada pertemuan ini yang perlu diperhatikan adalah pemilahan mata kuliah yang perlu dimasukkan menjadi mata kuliah sendiri atau bagian dari mata kuliah lain. “Mata kuliah apa yang perlu masuk, kemudian kalau kewirausahaan kira-kira yang perlu digarap itu apa saja?  Potensi-potensi lokal yang perlu dikembangkan itu apa”  dalam pembentukan kurikulum ini menurut Bapak Aziz yang perlu diperhatikan selain penguatan teori daan praktek sosial adalah skill berbahasa, bahasa disini lebih keranah praktek “Yang terpenting adalah bahasa komunikasi, disini (IPMAFA) mempunyai kelebihan selain bahasa arab adalah bahasa inggris” ungkapnya
Muhammad Ja’far Amir selaku dari ketua HMPS PMI memaparkan bahwa perlu adanya laboratorium sosial sangat penting dan sedang dibutuhkan hal ini selaras dengan paparannya bahwa “Laboraturium sosial yang dirasa sangat penting untuk mendalami dan mengaktualisasi teori yang telah dipelajari dikelas semisal dalam hal wira usaha. Karena sejatinya pmi ipmafa dinilai dari luar  terfokus pada pengembangan ekonomi” ungkapnya.
Di penghujung acara Bapak Aziz memberikan tambahan bahwa dalam pembentukan kurikulum ini supaya sesuai dengan apa yang akan kita capai dalam hal ini 4 kompetensi yang kita miliki yaitu ahli di bidang analisis kebijakan sosial, ahli di bidang manajemen pelayanan sosial, ahli di bidang sosio-entrepreneurship, dan ahli di bidang riset pengembangan masyarakat. “mari kita buat kurilkulum sesuai apa yang ingin kita capai yang telah memiliki 4 kompetensi. Kemudian 4 kompetensi itu diterjemahkan menjadi sebuah kurikulum, bagaimana mau mencapainya. Kemudian kita terapkan.” tandasnya

Mari Bergabung di PBA IPMAFA



PMI IPMAFA & ARI PATI bahas kurikulum KKL



Pati, 3/Feb/2017. Program Studi (Prodi) Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Institut Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA) mengadakan pertemuan dengan Aliansi Remaja Independen ARI PATI di gedung IPMAFA lantai 1. Pertemuan ini membahas punyusunan kurikulum Kuliah Kerja Lapangan (KKL) PMI IPMAFA, hadir pada pertemuan tersebut Dekan Fakultas Dakwah IPMAFA Ibu Sri Naharin, Kaprodi PMI IPMAFA Bpk Faiz Aminuddin, Sekprodi PMI IPMAFA Bpk Maslihan, perwakilan mahasiswa PMI IPMAFA, serta jajaran pengurus ARI PATI.
ARI PATI pada pertemuan ini memaparkan silabus yang telah disiapkannya khusus untuk PMI IPMAFA,  salah satu poin yang dipaparkan adalah nantinya mahasiswa mampu untuk berkontribusi dan menyumbangkan ide gagasan untuk keberlangsungan kegiatan ARI “ Harapan Kami adalah mahasiswa mampu untuk ikut berkontribusi pada program ARI yang sedang berjalan” Terang Ainur Rofiq Koordinator ARI PATI.
Pemaparan yang disampaikan oleh ARI PATI di tanggapi positif Kaprodi PMI Bpk Faiz “Kami berterima kasih kepada ARI dan sepakat dengan silabus yang telah dipaparkan” tandasnnya. Kedepannya ARI PATI dan PMI IPMAFA merencanakan kerjasama membangun sinergisitas untuk membentuk Laboratorium Sosial, serta pelatihan Advokasi pendampingan bagi masyarakat marjinal.

Pendidikan Perdamaian dan Civil Society (Bagian Dua) : “Memahami Identitas”


Pendidikan Perdamaian dan Civil Society (Bagian Dua) : “Memahami Identitas”
Oleh : Ahmad Khoirun Niam (editor)
Pendahuluan
Setelah di bagian pertama kita membicarakan sedikit tentang latar belakang perubahan sosial, dan urbanisasi serta tren dari sebuah identitas. Pada bagian ini kita akan lebihjauh membahas mengenai kebutuhan dasar masyarakat dan bagaimana kita harus bersikap. Pengetahuan akan globalisasi secara keseluruhan dapat mencakup beberapa hal yang tidak terbatas. Globalisasi sendiri sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu proses dimana meningkatnya saling keterkaitan di antara masyarakat dan dimana kejadian yang terjadi di salah satu belahan dunia dapat memberikan pengaruh yang semakin luas terhadap orang dan masyarakat yang berada di belahan dunia lain.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan pembenahan yang cukup signifikan. Begitu juga dalam hal pendidikan karakter, yang berkaitan dengan kebiasaan hidup baik, mulai dari diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Pada dasarnya, pendidikan berkaitan dengan nilai-nilai, cara dan kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sebagai masyarakat yang terdidik, kita tidak mungkin berfikir bagaimana kita akan selalu hidup di lingkungan kecil yang homogen, tetapi kita harus mempunyai pandangan yang luas. Kita tidak akan tahu nasib akan membawa kita kemana saja, dan kapan saja kita harus siap ketika misalnya, suatu saat kita harus pergi jauh dari tempat kita asal. Untuk itu wawasan kebangsaan dan pandangan terbuka akan sistem sosial yang begitu kompleks adalah sarana yang membentengi diri dari masalah kemiskinan, ketimpangan sosial, kekerasan, perpecahan kelompok dan konflik yang berakar dari gap dan perubahan sosial yang sangat cepat.
Hirarki Kebutuhan Dan Nilai Perdamaian
Setelah kita mengetahui keadaan globalisasi serta perubahan sosial pertanyaan yang harus kita jawab adalah bagaimana cara mengatasi atau membentengi diri dari masalah tersebut. Jawabannya adalah dengan mengetahui bagaimana kebutuhan dasar dari masyarakat. Di sisi lain, program pembangunan berkelanjutan atau SDGs yang disepakati oleh PBB dan diterbitkan pada tanggal 21 Oktober 2015, memaksa setiap negara untuk menyadarkan masarakatnya akan proses pembangunan melalui pendekatan partisipatif bagi setiap elemen masyarakat. Dan target-target utama SDGs seperti mengakhiri segala kemiskinan, menjamin kehidupan yang sehat, menjamin pendidikan yang inklusif, menjamin kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, itu semua mengarah pada penghapusan identitas. Artinya masyarakat dituntut terbuka pada pembangunan.
Namun pada apakah masyarakat sadar dan paham akan pentingnya tema-tema yang di usung di atas. Realitanya masyarakat membutuhkan identitas, kebebesan dan kesejahteraan. Identitas pada sadarnya meliputi kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan diakui keberadaan dan eksistensinya. Misalkan saja kita hidup dilingkungan perkotaan, berkumpul dengan orang-orang perantauan dari berbagai daerah, maka tentu saja profesi, status sosial, corak kebudayaan dan lain-lainnya menjadi penting bagi setiap individu. Dan ketidakpahaman masyarakat akan pentingnya menghargai identitas akibatnya timbullah sikap pembatasan diri didalam pergaulan masyarakat dan akhirnya timbullah sikap individualisme atau egoisme.Masing-masing berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya.
Yang kedua adalah kebebasan. Kebebasan bukan dalam arti bebas tanpa aturan dan hakekat kebebasan adalah hak dan tanggung jawab serta sebagai anugerah tertinggi manusia. Di sisi lain dalam redaksi yang berbeda kebebasan yang kita dapat adalah ketidakbebasan orang lain. Artinya empati menjadi sarana kita untuk mawas diri dan memikirkan hak orang lain agar tidak menjadi pribadi yang egois. Sebaliknya kebebasan tanpa empati akhirnya aan menimbulkan keegoisan dan keserakahan.
Pondasi Kesejarteraan
Kemudian kesejahteraan sosial merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua individu, keluarga dan komunitas masyarakat. kesejahteraan merupakan elemen utama dalam menentukan tahap pembangunan sebuah bangsa. Konsep kesejahteraan sosial menjelaskan strategi merubah sebuah komunitas berdasarkan pendekatan yang berkaitan dengan aspek pengurusan masalah sosial, pemenuhan keperluan hidup dan penyediaan peluang mobilisasi sosial dalam masyarakat.
Adapun menurut perspektif pendidikan perdamaian, sarana untuk masyarakat memperoleh kesejahteraan adalah dengan adanya kompromi, kerjasama dan gotong royong. Tanpa adanya tolong menolong dan dalam situasi yang serba konflik, gap, perselisihan dan persoalaan ketimpangan sosial, mustahil dapat tercapai sebuah kesejahteraan. Membangun diri untuk menghilangkan keegoisan, perebutan kekuasaan dan kepentingan serta saling mencurangi dan curiga adalah pekerjaan rumah bagi para agen perdamaian.
Memupuk kepedulian terhadap sesama tanpa memandang ras, suku agama dan status sosial, serta memandang orang lain tanpa prasangka adalah pondasi dari cita-cita kemerdekaan. Itu sebabnya pendidikan perdamaian selalu membahas tema-tema tersebut.

Materi ini di sampaikan pada diskusi Pusat Studi Peace Promotion oleh Ibu Kamilia Hamidah 17-01-2017
Daftar Bacaan
Buku Panduan SDGs, Infid, 2015. PDF

Modul 12 Nilai Perdamaian, PeaceGenIndonesia, Mizan

DON'T MISS

Nature, Health, Fitness
© all rights reserved
made with by templateszoo