Menghadapi fenomena kekerasan akhir-akhir ini seperti kerusuhan antar suku, perusakan tempat ibadah, kasus penistaan agama sampai hoax yang mengacaukan pikiran dan mengadu domba masyarakat diperlukan strategi khusus seperti pendalaman akan nilai-nilai humanisme dan pendidikan perdamaian mulai dari tingkat global lalu komunitas-komunitas dan sampai yang paling kecil yakni individu manusia itu sendiri.
Untuk membentengi masyarakat dari radikalisme atau orang-orang yang saklek seperti yang marak terjadi saat ini di Indonesia. Mengapa penting pendidikan seperti ini, Karena jika kita melihat sejarah di abad pertengahan. Tren dari sebuah identitas itu dilatarbelakangi oleh agama, itu sebabnya ketika terjadi konflik disuatu daerah, konflik tersebut pasti melibatkan konflik agama.
Kemudian pada masa kolonialisme, tren tersebut bergeser, dalam arti sarana untuk menyatukan masyarakat yang awalnya adalah agama bergeser kepada kesukuan, ras, bangsa. Sebab sebuah agama tidak mungkin berada hanya dalam satu wilayah teritorial. Seperti contoh negara kita tidak mungkin dapat merdeka jika tidak mengedepankan kesatuan sebagai suku, ras dan bangsa yang terjajah agar tercipta sebuah konsensus. Maka untuk mencapai konsensus tidak lagi menggunakan agama sebagai sarana.
Globalisasi, Tuntutan Masyarakat Serta Dampaknya
Globalisasi menjadi sebuah esensi penting dari berbagai fenomena yang terjadi pada era modern ini. Setiap orang di dunia dapat dengan mudah saling berkomunikasi dan mengakses berita dari berbagai belahan dunia. Berbagai hal seperti inilah yang terpikirkan apabila mendengar kata globalisasi.
Satu contoh misalnya membahas tentang kemajuan transportasi yang disebabkan oleh arus globalisasi. Dengan kemudahan transportasi masyarakat dari satu benua ke benua lain, satu wilayah ke wilayah lain, serta arus informasi yang semakin mudah, artinya kemudahan tersebut akan menjadikan transportasi semakin murah bagi masyarakat. Ketika kita berfikir bahwa dulu transportasi pesawat sangatlah mahal, keadaan sekarang, dengan jarak tempuh yang relatif sama, tiket pesawat tidak jauh berbeda harganya dengan biaya transportasi lainnya seperti bus dan kereta. Dari sini akhirnya tuntutan masyarakat meningkat, baik itu sarana, akses, kemudahan dan kenyamanan.
Dengan bertambahnya tuntutan masyarakat, baik itu soal pandidikan, ekonomi, hiburan dan lain sebagainya, maka terjadilah perubahan sosial yang cukup signifikan. Salah satunya adalah terjadinya urbanisasi. Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota dapat menjadi masalah yang cukup serius. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan permasalahan sosial kemasyarakatan. Kemudian jika seseorang melakukan perpindahan tempat tinggal, lalu masuk pada suatu wilayah yang masyarakatnya heterogen, dari berbagai macam latar belakang karakter, daerah asal, suku, ras dan agama serta budaya. Pertanyaannya adalah bagaimana dia melakukan interaksi dengan masyarakat lain.
Maka di sini diperlukan keterbukaan sikap dan pola pikir supaya tidak terjadi pergesekan antara satu dengan yang lain. Tanpa mengurangi norma agama, sudah selayaknya kita mengedepankan hak dan kebebasan orang lain jika ingin hidup damai di lingkungan yang heterogen dalam era dewasa ini.
Refleksi Identitas
Sikap keterbukaan dan pola pikir yang luas menjadi sarana kita untuk dapat bergaul dengan orang lain, namun perlu kita pahami bagaimana perilaku itu di dominasi oleh identitas dan narasi. Artinya setiap individu pasti memiliki identitas, dan identitas itu akan semakin diperjelas dengan narasi yang kemudian tampak ciri, karakter, status sosial dan berbagai macam identitas melekat pada setiap individu. Dan hal ini dipermudah oleh kemajuan media, sebagai contoh seseorang diketahui beragama muslim dengan berbagai hal yang melekat pada dirinya, misalnya dia habis menunaikan ibadah sholat, membaca Al-qur’an, memakai peci sebagai penutup kepala, memakai sarung dan berbusana layaknya santri.
Akhirnya, dari siklus identitas dan narasi tersebut terbentuklah pola kelompok-kelompok dengan berbagai macam perilaku, dan tidak lagi memandang dari mana asalnya dan apa agamanya. Heterogenitas masyarakat mulai dari budaya, agama, profesi, status sosial, gender dan lain sebagainya adalah sebuah keniscayaan. Namun hal ini tidak serta merta dapat dipahami semua orang, terlebih masyarakat kelas bawah yang tidak mungkin siap menghadapi perubahan sosial yang amat pesat seperti sekarang ini.
Maka pendidikan perdamaian dalam upaya mengatasi gejala perubahan sosial yang ada menjadi pekerjaan rumah bagi setiap lapisan masyarakat, terutama sebagai rekonstruksi pendidikan moral kemasyarakatan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Materi ini di sampaikan pada diskusi Pusat Studi Peace Promotion oleh Ibu Kamilia Hamidah 17-01-2017
by : Niam AOP