Penerima Bidikmisi Ipmafa Juarai Lomba Presenter Berita Berbahasa Arab



Berita Ipmafa - Mahasiswa Penerima Bidikmisi Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Pati yang tergabung dalam Kamadiksi (Keluarga Mahasiswa Bidikmisi) kembali torehkan prestasi gemilang di kancah ekstra kampus.

Kali ini adalah Muhammad Alfiyan Charis. Mahasiswa penerima Bidikmisi yang sering disapa Fiyan tersebut kembali menyumbangkan prestasi untuk kampus IPMAFA melalui ajang Kemah Bahasa Arabyang diselenggarakan ITHLA DPW 3 Jateng-DIY pada 19-21 September 2019 di Graha Muria Kudus.

Berbekal pengalaman sebelumnya yang juga berhasil memboyong piala, mahasiswa ini terus bersemangat harumkan nama Ipmafa. Ia terus membuktikan diri bahwa sebagai penerima beasiswa bidikmisi tak hanya berprestasi di dalam kampus saja, karena di luar sanalah kancah yang sebenarnya.


"Karena dulu sudah pernah mengikuti lomba dengan cabang lomba yang sama yaitu qiroatul akhbar, maka dari itu kali ini saya tertantang untuk mengikutinya lagi dan ingin mengharumkan nama Ipmafa khususnya prodi PBA,"terangnya.

Fiyan berhasil menyabet juara 2 dalam lomba menjadi presenter berbahasa Arab tersebut. Dalam perlombaan tersebut ia pun seolah-olah menjadi seorang presenter yang sedang membawakan berita.
Ekspresi, pandangan mata, intonasi, pelafalan dan fokus pandangan adalah sesuatu yang wajib diperhatikan oleh seorang pembaca berita. “Walaupun tidak ada kamera di depan kita, tapi kita seolah-olah membaca seperti seorang pembaca berita yang berada di TV,” tuturnya.

Berbekal sedikit pengalaman dan persiapan yang menurut Fiyan kurang maksimal, kejuaraan ini disyukurinya sebagai nikmat yang luar biasa. Semoga dengan ini tidak membuat Fiyan lantas berpuas diri, namun justru semakin terpacu memberikan yang terbaik untuk kampus Ipmafa ke depannya lagi.
Tak hanya Fiyan, Ä°pmafa menunggu lebih banyak lagi para mahasiswanya berprestasi.

"Untuk teman-teman bidikmisi, carilah hal baru dan temukan di mana minat dan bakatmu, kemudian tekunilah insyaallah akan  membuahkan hasil yang baik. Dan satu hal, jangan cepat berpuas diri,"pungkas Fiyan. (Umi Latifah/Redaksi)

Peraih Bidikmisi Ipmafa Torehkan Prestasi dalam Ajang Bergengsi



Berita Ipmafa - Kudus, Festival Bahasa Tingkat SLTA/Sederajat, Tingkat Perguruan Tinggi/Sederajat yang diselenggarakan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus beberapa waktu lalu menjadi kesempatan mahasiswa Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Pati menorehkan prestasi bergengsi.

Dalam ajang tahunan bertema Kritis, Kreatif dan Inovatif dalam Mengekspresikan Bahasa Internasional tersebut, satu dari 3 mahasiswa baru yang mewakili Ipmafa Nadila Latifatun Ni'mah berhasil meraih juara 3 dari cabang Musabaqah qiroatul kutub (MQK).

Mahasiswa penerima Bidikmisi dari Prodi PBA yang masih semester muda ini tak ragu untuk menantang diri keluar mencari pengalaman baru, tak hanya menggapai prestasi, namun juga membangun relasi.


"Ä°kut lomba itu sesuatu yang menantang, kita di tuntut untuk keluar dari zona nyaman rebahan. Awalnya saya tidak mau ikut, apalagi saya masih Maba (mahasiswa baru-red), takut kalau nanti malah bikin malu Ipmafa, tapi kata pak Ali (Wk. Rektor II Ipmafa Dr. Ali Subhan-red) tujuan utama ikut lomba itu cari pengalaman dari luar, belajar di kampus aja itu tidak cukup, kita musti punya banyak relasi di luar sana, salah satu cara membangun relasi, ya ikut lomba,”tutur Nadila.

Skor yang diperoleh Nadila hanya terpaut satu poin saja dari peraih juara 2. Hal tersebut membuat Nadila semakin bersemangat.

"Meski cuma dapet peringkat 3 tapi nilainya ndak jauh-jauh amat dari peringkat 1 dan 2, kami cuma selisih 1 poin, tapi gapapa, sebagai pemula bagi saya itu sudah Alhamdulillah dan harus ditingkatkan,"pungkasnya. (Umi Latifah/Redaksi)

Bersama ARI, Mahasiswa KKL Ipmafa Gelar YES I DO


Berita Ipmafa - Baru-baru ini mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Program Studi PMI VII Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) turut serta menyukseskan kegiatan YES I DO bertemakan  Tecnial Asistensi Peer Educaror (TAPE) yang digelar Aliansi Remaja Independen (ARI).
Kegiatan yang diselenggarakan di Gedung MTS Al-Bakriyat Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang tersebut bertujuan memberikan edukasi kesehatan terhadap anak, remaja hingga dewasa melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan.
Dengan program YES I DO tersebut, para peserta mendapatkan bekal pengetahuan supaya memiliki motivasi untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan yang positif.
Selain ARI ada juga Pekumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Rembang dan Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) yang turut serta menyukseskan kegiatan tersebut.
PKBI memberikan edukasi mengenai kesehatan terutama bidang reproduksi seks dan juga gender, sedangkan PUPUK memberi edukasi kepada para peserta tentang ekonomi.

Dalam kegiatan tersebut, tim pelaksana berjumlah 11 orang yang terdiri dari tim ARI sejumlah 5 orang, PUPUK 1 orang dan dari PKBI sejumlah 5 orang, serta 19 peserta sebagai perwakilan dari sekolah, baik SD ataupun MTS sederajat di sekitar Kecamatan Sedan.
Bergabungnya tiga organisasi tersebut bertujuan untuk saling melengkapi demi mewujudkan efektifitas kegiatan.
Kurang sentuhan
Termasuk salah satu latar belakang kegiatan edukasi tersebut diadakan di Kecamatan Sedan dan sekitarnya dikarenakan daerah tersebut kurang tersentuh dengan pembangunan ataupun pemberdayaan, baik bidang ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya.
Dengan program-program yang dicanangkan, diharapkan para remaja terdorong untuk berperan aktif mewujudkan SDM unggul dan peka terhadap kesejahteraan lingungan masyarakat.

Bersama Lazizmu, Mahasiswa PPL Ipmafa Kunjungi Remaja Penyandang Hemofilia dan Kanker Tulang


Berita Ipmafa - Jum'at 15 November 2019, bersama Lazismu Pati, mahasiswa Praktik Profesi Lapangan (PPL) Prodi Zakat dan Wakaf (ZAWA) Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) berkesempatan mengunjungi Dani Setiawan (17th), seorang remaja yang menderita hemofilia dan kanker tulang.
Kunjungan ke Desa Gesengan Kecamatan Cluwak Kabupaten tersebut bertujuan mengetahui secara langsung perihal kondisi Dani yang sudah berjuang selama 4 Tahun terakhir ini untuk kesembuhan penyakit yang dideritanya.
Penyakit Hemofilia sendiri merupakan kelainan bawaan langka yang menyebabkan darah menjadi sulit membeku, kondisi ini disebabkan karena tubuh kekurangan protein pembekuan darah. Orang dengan kondisi ini cenderung mudah mengalami pendarahan dan sulit untuk dihentikan sehingga darah akan terus mengalir keluar jika tidak segera diobati. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera untuk ditangani.
Sang Ayah, Sudarso yang berjuang tanpa henti untuk kesembuhan Dani akhir-akhir ini merasakan beban yang sangat berat. Masalah perekonomian yang menghimpitnya menjadi penghalang utama bagi Sudarso.

Meski pengobatan Dani menggunakan pelayanan yang diberikan pemerintah berupa BPJS, namun Sudarso juga harus memikirkan biaya transportasi dan menginap 2 hari selama berobat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya saja bapak Sudarso harus bekerja dari jam 3 Pagi hingga jam 5 Sore. Itupun masih dibantu istrinya berjualan kelontong di rumahnya sambil memantau aktifitas Dani sehari-hari.
Dari penghasilan yang didapat, Sudarso bersama istrinya harus menyisihkan uang untuk kontrol rutin selama 2 bulan sekali. “Pernah waktu itu telat untuk melakukan check up karena terbentur oleh biaya, seketika badan dani membengkak, mimisan, hingga gusi giginya mengeluarkan darah menjadi tanda-tanda bahwa penyakitnya kambuh,” keluh Sudarso.
Menangis saat tunjukkan berkas
Hati bapak mana yang tak tergores jika melihat bagaimana perjuangan sang buah hati untuk dapat sembuh dari penyakitnya. Ketika didatangi tim Lazizmu dan mahasiswa PPL Ipmafa, Sudarso menangis ketika menunjukkan semua berkas-berkas mulai dari surat rujukan, resep obat, transaksi lain-lain, hingga file-file dari donatur terkait bantuan-bantuan yang diberikan dikumpulkan menjadi 1 di dalam tas besar.
Di balik rumah yang berdindingkan bambu, beralaskan tanah, keluarga kecil itu tak mengharap banyak, mereka hanya berharap sembuh untuk sang anak, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hingga berharap untuk membenahi kehidupannya selalu lebih baik setiap harinya.
Tangis Sudarso semakin menjadi ketika ia mengetahui kalau anaknya mendapatkan bantuan dari Lazismu Pati yang bekerjasama dengan Rsu Fastabiq PKU Muhammadiyah. Bantuan tersebut berupa kursi roda, sembako, Dana, dan memfasilitasi transportasi dan biaya saat berobat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
“Semoga dengan bantuan ini dapat membantu meringankan beban Dani sekeluarga, serta dapat menambah semangat untuk berjuang demi kesehatan Dani. Semangat berjuang Dani, percayalah Allah tak membebani hambanya diluar kemampuannya,” tutur Meilana Nurul ' Ulya, salah satu mahasiswa PPL Ipmafa.

Mahasiswa PMI dan KPI Harus Belajar Berinovasi Tiada Henti




Berita Ipmafa - Menjadi mahasiswa di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) atau Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Pati memang unik, mereka tidak hanya dituntut mampu meningkatkan potensi dirinya, namun lebih jauh dari itu, menjadi pengembang masyarakat yang mampu berinovasi tiada henti.

Demikian disampaikan Dr. Aziz Muslim, M. Pd dalam Kuliah Umum Fakultas Dakwah Ipmafa bertajuk Tantangan Pengembangan Masyarakat dii Era Disrupsi Teknologi di Auditorium 1 beberapa waktu yang lalu.

Aziz mengungkapkan, inovasi mutlak dilakukan mengingat perputaran sebuah usaha tidak boleh berhenti hanya karena hambatan-hambatan yang seharusnya bisa dilalui. Aziz menambahkan, inovasi juga tidak bisa dilakukan secara parsial, namun berkait kelindan tahap demi tahapnya.

“Waktu itu saya sudah melakukan inovasi dalam meningkatkan kualitas produksi dan kemasan produk, tapi ketika dijual tidak laku. Lantas saya tanya sama yang jual, kamu gimana jualnya? Jawabnya “hanya saya tunggui di pasar pak”. Jelas sudah, bahwa tugas selanjutnya adalah melakukan inovasi pemasaran dan tidak boleh berhenti pada tahap pengemasan saja,” papar Aziz.

Salah satu inovasi pemasaran kekinian, menurut Aziz sudah tidak perlu lagi disodor-sodorkan kepada calon pembeli, namun cukup dengan memanfaatkan teknologi, maka produk yang dijual bisa laku di pasaran, bahkan mampu bersaing dengan toko atau market ternama.


Berani tekor
Menjadi seorang pengembang masyarakat, selain membutuhkan inovasi dan kejelian, juga harus berani tekor. Tak jarang Aziz merogoh koceknya demi memberdayakan masyarakat binaannya.


“Setelah kelompok binaan selesai melakukan produksi dan pengemasan, maka saya siap membeli produk mereka dan saya jualkan. Dengan begitu kita akan tahu inovasi apa yang harus ditempuh dalam hal produksi, pengemasan dan pemasaran,” katanya.

Aziz juga membagikan sebuah cerita tentang pengalamannya melakukan kegiatan sederhana bersama masyarakat Yogyakarta yaitu mendampingi pembuatan kripik daun ketela.

Sangat sederhana, sayadatang melihat di sana ada potensi bahwa setiap datang ke rumah warga selalu disuguhi kripik tersebut, lalu saya mendampingi, sampai kemudian memberikan saran untuk pengemasan,”tuturnya.

Setelah inovasi mulai produksi hingga pengemasan sudah selesai, maka langkah selanjutnya adalah berinovasi dalam hal pemasaran agar produk benar-benar diterima masyarakat.

“Ketika saya melakukan inovasi sedikit saja dari yang asalnya menjual dengan menunggu pembeli datang menjadi menawarkan atau menyodorkan dagangan kepada pembeli, maka apa yang terjadi? Laris Mas. Itu dulu. Kalau sekarang cukup dengan teknologi,” terang Aziz menceritakan pengalamannya memberikan contoh kepada binaannya.

Lebih lanjut Aziz kembali membeberkan inovasi pemasaran produk agar dapat masuk ke minimarket minimal bermodalkan ijin PIRT. “Maka saya datangi dinas terkait untuk mendapatkan legalitas PIRT. Dengan begitu produk kita dapat diterima,” imbuhnya.

Dalam hal pemasaran Aziz menyarankan kepada kelompok-kelompok binaannya agar melakukan pemasaran produk secara terorganisir untuk menghindari terjadinya praktik banting harga yang dapat menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat.

Selain inovasi dalam hal produksi, pengemasan dan pemasaran, Aziz juga menyarankan kepada kelompok binaannya agar sebuah produk memiliki nilai lebih dari produk-produk serupa yang sudah beredar di pasaran.

“Katakanlah sama-sama kripik daun ketela, maka harus ada keistimewaannya, entah dari rasa, ukuran, tekstur dan sebagainya,” katanya.


Tak tergantikan teknologi
Sebagai penutup, Aziz memberikan semangat kepada para mahasiswa bahwa Jurusan PMI dan KPI adalah jurusan yang sangat mulia mengingat tugasnya membangun karakter masyarakat. Selain itu jurusan tersebut juga tidak akan mungkin tergerus oleh teknologi. Namun lagi-lagi semua kembali kepada mahasiswanya apakah ia mampu berinovasi atau hanya berhenti di depan hambatan yang melintang.

“Jurusan PMI dan KPI adalah jurusan yang tak akan mungkin tergerus oleh teknologi. Karena jurusan Anda adalah jurusan yang membangun soft skill masyarakat, yang mana softkill sampai detik ini tidak bisa tergantikan oleh mesin. Tapi semua jika tidak mempunyai inovasi di hari ini, maka sama saja akan tetap tertinggal. Karena bagi seorang pengembang masyarakat agar dapat mengembangakan softskill masyarakat Anda harus punya inovasi,” pungkas Aziz.

DON'T MISS

Nature, Health, Fitness
© all rights reserved
made with by templateszoo